Bahaya Disorientasi Pendidikan Islam Kontemporer

Oleh: Kamaludin

 

Pendidikan Islam, sejak masa Rasulullah hingga era kejayaan peradaban Islam, telah menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter, etika, dan peradaban umat. Namun, dalam konteks kontemporer, terjadi fenomena yang cukup memprihatinkan: disorientasi dalam pendidikan Islam. Disorientasi ini bukan hanya terkait dengan perubahan kurikulum atau metode pembelajaran, tetapi juga menyentuh aspek paling mendasar — yaitu tujuan dan arah pendidikan itu sendiri.

 

Apa Itu Disorientasi Pendidikan Islam?

 

Disorientasi pendidikan Islam adalah kondisi ketika arah dan tujuan pendidikan Islam kehilangan fokus dari nilai-nilai dasar yang menjadi fondasinya. Dalam praktiknya, ini bisa berarti pergeseran tujuan pendidikan dari membentuk manusia yang taat dan berakhlak mulia menjadi sekadar mencetak individu yang mampu bersaing secara akademik atau ekonomi, tanpa menanamkan nilai spiritual dan moral yang kuat.

 

Penyebab Disorientasi

 

Beberapa faktor yang menyebabkan disorientasi pendidikan Islam kontemporer antara lain:

 

1. Sekularisasi Kurikulum

 

Kurikulum pendidikan banyak mengadopsi pola pikir sekuler yang memisahkan ilmu agama dari ilmu umum. Akibatnya, integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran menjadi lemah.

 

2. Komersialisasi Pendidikan

 

Pendidikan dijadikan komoditas ekonomi, sehingga lembaga-lembaga pendidikan lebih fokus pada pencitraan dan profit daripada pada kualitas pembinaan karakter dan keimanan.

 

3. Minimnya Keteladanan

 

Kurangnya figur pendidik yang menjadi teladan dalam akhlak dan spiritualitas menjadikan pendidikan Islam kehilangan ruh-nya.

 

4. Ketergantungan pada Teknologi Tanpa Filter Nilai

 

Digitalisasi pendidikan yang tidak diimbangi dengan penyaringan nilai menyebabkan peserta didik terpapar banyak konten yang bertentangan dengan nilai Islam.

 

Dampak Disorientasi

 

Disorientasi ini membawa dampak serius, antara lain:

 

– Krisis Identitas Umat

 

Generasi muda Muslim menjadi asing terhadap ajaran agamanya sendiri, dan lebih mudah terpengaruh oleh nilai-nilai luar yang tidak sejalan dengan Islam.

 

– Kelemahan Moral dan Spiritualitas

 

Munculnya generasi yang cerdas secara intelektual, namun rapuh secara moral dan spiritual.

 

– Hilangnya Fungsi Pendidikan Sebagai Sarana Pembebasan

 

Pendidikan seharusnya membebaskan manusia dari kebodohan dan kezaliman, namun disorientasi menjadikannya alat pembentukan manusia pasif dan konsumtif.

 

Solusi dan Rekomendasi

 

Untuk mengatasi disorientasi ini, diperlukan langkah-langkah strategis:

 

1. Reorientasi Tujuan Pendidikan Islam

 

Kembalikan tujuan utama pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

 

2. Integrasi Ilmu Agama dan Sains

 

Pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam setiap disiplin ilmu, agar tidak tercipta dualisme ilmu.

 

3. Peningkatan Kualitas Guru

 

Pendidik harus menjadi contoh nyata dari ajaran Islam, tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembina dan pembimbing spiritual.

 

4. Kurikulum Berbasis Nilai dan Kontekstual

 

Kurikulum harus relevan dengan tantangan zaman, namun tetap berbasis pada nilai-nilai Qur’ani dan Sunnah.

 

Penutup

 

Disorientasi pendidikan Islam adalah ancaman nyata yang harus disadari dan dihadapi dengan serius oleh seluruh elemen umat. Pendidikan Islam bukan sekadar transfer ilmu, tetapi merupakan proses pembentukan manusia seutuhnya. Bila arah pendidikan kembali pada fitrahnya, maka akan lahir generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak, berakhlak, dan mampu menjadi cahaya bagi dunia.