Hubungan Puasa Ramadhan dan Tauhid
-Ust Kamaluddin A.Ma-
Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi memiliki dimensi yang lebih dalam, yaitu penguatan tauhid. Tauhid adalah inti ajaran Islam yang menegaskan keesaan Allah dalam segala aspek kehidupan. Ibadah puasa mengajarkan seorang mukmin untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat keimanan, serta membersihkan hati dari syirik dan penyakit hati lainnya.
Dalam Islam, puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa hanya Allah yang mengetahui keadaan seseorang ketika berpuasa. Ini merupakan bentuk penghambaan yang paling murni karena seorang mukmin meninggalkan makan, minum, dan hawa nafsunya hanya karena perintah Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa mengajarkan ketakwaan, yang merupakan bukti dari tauhid yang benar. Orang yang bertakwa akan selalu menyandarkan hidupnya kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Puasa melatih seorang muslim untuk meninggalkan segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah. Ketika seseorang berpuasa, ia melepaskan diri dari kebergantungan terhadap dunia dan menyerahkan sepenuhnya kehidupannya kepada Allah. Inilah hakikat tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits qudsi:
قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Allah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa memiliki keistimewaan khusus di sisi Allah. Tidak ada riya’ dalam puasa, karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak. Hal ini membangun kesadaran tauhid yang kuat dalam diri seorang muslim.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
“Puasa adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Karena itu, dalam puasa terdapat bentuk penyucian tauhid yang sangat besar.”
(Latha’if al-Ma’arif, hlm. 272)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan:
“Puasa memiliki pengaruh yang kuat dalam menekan hawa nafsu dan keinginan syahwat. Dengan demikian, puasa adalah sarana paling efektif dalam mengokohkan tauhid, karena seseorang yang berpuasa hanya berorientasi pada Allah dan menjauhkan diri dari segala yang berpotensi menjadi tandingan bagi-Nya.”
(Madarij As-Salikin, 2/259)
Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi memiliki hubungan erat dengan tauhid. Ia adalah sarana penyucian jiwa, penguatan ketakwaan, dan bentuk penghambaan yang paling murni kepada Allah. Dengan memahami esensi tauhid dalam puasa, seorang muslim akan semakin sadar bahwa seluruh kehidupannya harus berporos pada Allah semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertauhid dengan sempurna dan menerima ibadah puasa kita. Aamiin.